Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, tahun 2020 akan menjadi tahun
terakhir pelaksanaan ujian nasional (UN). UN pada tahun 2021 akan diganti
dengan Asesmen (Penilaian) Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
"Asesmen kompetensi minimun adalah kompetensi minimum di mana kita
bisa memetakan sekolah-sekolah dan daerah-daerah berdasarkan kompetensi
minimum," (Nadiem Anwar Makariem)
Sesuai dengan fungsi AKM itu
sendiri, bahwa Asesmen Kompetensi Mininum dan Surveri Karakter (AKMSK) terdiri
dari kemampuan bernalar dengan menggunakan bahasa (literasi), kemampuan
bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter.
AKM merupakan penilaian
kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua siswa untuk mampu mengembangkan
kapasitas diri dan berpartisipasi positif di masyarakat. Terdapat dua
kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan literasi
matematika (numerasi). Baik pada literasi membaca maupun numerasi, kompetensi
yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan
bernalar menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta
keterampilan memilah dan mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah
dengan beragam konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh siswa
menggunakan literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi
secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten.
Literasi membaca adalah kemampuan
untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks
untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga
Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif kepada
masyarakat.
Numerasi adalah kemampuan
berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan
untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
Survei karakter dilakukan untuk mengetahui data secara nasional mengenai
penerapan asas-asa Pancasila oleh peserta didik Indonesia.Survei karakter untuk
mengetahui apakah asas-asas Pancasila benar-benar dirasakan oleh peserta didik
dan tidak hanya berupa data kognitif, misalnya bagaimana implementasi gotong
royong, kebahagiaan anak di sekolah, dan ada tidaknya bullying di sekolah.
Survei
karakter tersebut akan dijadikan tolok ukur untuk bisa memberikan umpan
balik atau feedback ke sekolah-sekolah agar dapat menciptakan
lingkungan sekolah yang membuat peserta didik lebih bahagia dan lebih kuat
dalam memahami dan menerapkan asas Pancasila.
Pendidikan karakter tentunya
yang paling penting adalah nilai-nilai Pancasila yang merupakan pondasi dari
negara kita. Nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang
di dalam sistem pendidikan Nasional.
Tidak harus ada mata
pelajaran tersendiri dalam menerapkan nilai-nilai tersebut, bisa ada di setiap
mata pelajaran atau dalam setiap bentuk kegiatan peserta didik.
Asesmen Kompetensi Mininum
(AKM) dilaksanakan tidak berdasarkan atas penguasaan materi kurikulum seperti
yang selama ini diterapkan dalam Ujian Nasional. Asesmen kompetensi pengganti
UN akan dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah pembelajaran yang
inovatif dan berorientasi pada pengembangan penalaran, bukan hafalan.
AKM dan Survei
Karakter dipilih untuk menggantikan Ujian Nasional karena memiliki
beberapa keunggulan.
Berikut ini 5
keunggulan AKM dan Survei Karakter pengganti Ujian Nasional.
1.
Dilaksanakan
pada tengah jenjang
AKM dan Survei Karakter akan dilaksanakan pada tengah
jenjang, yaitu kelas 4 SD, kelas 8 SMP, dan kelas 11 SMA. Hal ini tentu berbeda
dengan pelaksanaan Ujian Nasional yang selama ini dilaksanakan pada akhir
jenjang.
Dengan dilaksanakannya kedua asesmen tersebut di tengah
jenjang pendidikan, maka diharapkan hasilnya dapat menjadi tolok ukur untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
Dengan demikian hasil belajar peserta didik akan menjadi
semakin baik lagi menjelang mereka menyelesaikan masa studinya.
Peserta didik yang belum mendapatkan nilai maksimal, diberi
kesempatan untuk meningkatkan proses belajarnya sampai mendapatkan hasil
belajar yang diharapkan.
Peserta didik yang telah mendapatkan nilai maksimal
dari AKM dan Survei Karakter, maka akan lebih memotivasi mereka untuk
meningkatkan kreatifitasnya menjadi lebih maksimal.
2.
Untuk perbaikan
kualitas pembelajaran
AKM dan Survei Karakter tidak digunakan untuk seleksi ke
jenjang pendidikan selanjutnya, akan tetapi untuk perbaikan dan peningkatan
kualtas pembelajaran.
Sedangkan Ujian Nasional digunakan sebagai alat ukur untuk
melanjutkan ke jenjang berikutnya, melalui jalur prestasi.
AKM dan Surveri Karakter dilaksanakan pada tengah jenjang
pendidikan, sehingga otomatis tidak dapat dijadikan sebagai alat seleksi PPDB
di jenjang pendidikan berikutnya.
Ujian Nasional selama ini dijadikan alat seleksi untuk
diterima tidaknya peserta didik di sebuah sekolah. Padahal nilai Ujian Nasional
kadang tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
3.
Digunakan untuk
mengukur seluruh mata pelajaran
Ujian Nasional digunakan hanya untuk mengukur beberapa mata
pelajaran saja, sedangkan AKM dan Survei Karakter akan digunakan mengukur
seluruh mata pelajaran.
Selama ini, UN untuk tingkat SMP hanya terdiri dari 4 mata
pelajaran, yaitu Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Demikian halnya dengan UN tingkat SMA juga terdiri 4 mata pelajaran, yaitu
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Mata Pelajaran Pilihan dari
IPA atau IPS.
Penentu kelulusan selama ini didasarkan pada lulus seluruh
mata pelajaran dan bukan dari hasil UN tersebut. Dengan demikian, maka UN tidak
dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara keseluruhan, karena hanya
diwakili oleh 4 mata pelajaran saja.
AKM dan Survei Karakter akan diujikan pada seluruh mata
pelajaran, sehingga hasilnya akan mendekati untuk menggambarkan kemampuan
peserta didik secara holistik, baik kognitif maupun afektifnya.
4.
Untuk mengukur
kognitif dan afektif peserta didik
AKM dan Survei Karakter digunakan untuk mengukur kemampuan
kognitif dan juga afektif. Sedangkan UN hanya mampu mengukur kemampuan kognitif
peserta didik saja, kemampuan afektif dan psikomotorik peserta didik tidak bisa
diukur.
Karena memiliki fungsi untuk mengukur kemampuan kognitif dan
afektif (karakter peserta didik dan lingkungan sekolahnya), maka sekolah serta
seluruh komponen pendidikan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dan
kualitas karakter berbasis kearifan lokal.
5.
Tidak
mengistimewakan mata pelajaran tertentu
Ujian Nasional yang selama ini dilaksanakan cenderung
menciptakan dikotomi pelajaran, karena peserta didik cenderung mementingkan
belajar pada mata pelajaran yang diujikan daripada mata pelajaran lainnya.
AKM dan Survei Karakter akan menyatukan seluruh mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah, tanpa membedakan satu dengan lainnya. Dengan demikian tidak akan ada lagi kesan mata pelajaran yang
diistimewakan, karena semua mata pelajaran dianggap penting untuk masa depan
peserta didik.
Contoh soal
AKM dapat dilihat pada link https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm/